Piso Surit adalah salah satu lagu berbahasa Karo. Ini adalah salah satu lagu yang sebenernya harusnya hampir semua orang Karo tau. Beberapa orang di luar Karo salah kaprah dengan mengira lagu ini adalah lagu tradisional Aceh. Beberapa juga mengira Piso Surit adalah senjata tradisional dari suku Karo. Piso Surit adalah nama sejenis burung yang sering terdengar bernyanyi di sekitar sawah. Kicauannya konon terdengar sendu dan memanggil-manggil, “Piso surit.. piso surit…“
Lagu ini beserta tarian yang mengiringinya mengisahkan tentang seorang gadis yang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian ini sangat lama dan menyedihkan sehingga sering digambarkan dengan burung Piso Surit yang sedang memanggil-manggil.
Lagu ini diciptakan oleh komponis perjuangan yakni Djaga Depari. Beliau telah menciptakan banyak sekali lagu perjuangan sekaligus lagu rakyat Karo. Lagu-lagu tersebut biasanya mengingatkan para pemuda untuk selalu menomorsatukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. Bahkan salah satu lagu ciptaannya menggambarkan seorang pemuda yang berkata kepada kekasihnya untuk menunggu sampai Indonesia mendapatkan kemerdekaannya baru mereka dapat naik ke pelaminan.
Untuk menciptakan lagu beliau selalu ditemani dengan biolanya (mirip WR Soepratman lah). Sedikit review dapat dilihat di sini
Anyway ini liriknya,
Piso surit piso surit
terdilo dilo terpingko pingko
Lalap la jumpa ras atena ngena
Ija kel kena tengah na gundari
siangna menda turang atena wari
Entabeh naring matakena tertunduh
Kami nimaisa turang tangis teriluh
enggo enggo me dagena
mulih me gelah kena
bage me ningku rupah agi kakana
Tengah kesain keri lengetna
Seh kel bergehna
Terkuak manuk ibabo geligar
Enggo me selpat turang
Kite kite ku lepar
Bait I menceritakan tentang sang gadis yang sering sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan kekasihnya dan selalu teringat akan kekasihnya itu sehingga mengandaikan dirinya sebagai burung Piso Surit yang selalu berkicau sendu.
Bait II mengisahkan sang gadis ini selalu menanyakan keadaan dan keberadaan kekasihnya sambil menangis dalam penantiannya.
Bait III, sang gadis mengatakan di dalam hatinya kepada kekasihnya untuk segera pulang dan menyudahi penantiannya.
Bait IV, sang gadis merasa sangat kesepian/sendiri walaupun berada ditengah-tengah orang banyak. Dia merasa hidupnya hampa tanpa sang kekasih.
0 komentar:
Posting Komentar