Belum
ada yang mendata jumlah gamelan di tatar Sunda dalam beberapa puluh
tahun ini, kecuali Jaap Kunst, etnomusikolog Belanda, yang pada tahun
1920-an mendata populasi gamelan di seluruh tanah Jawa. Apakah akurat
atau tidak pendataannya, di sini tidak menjadi masalah, tetapi kita
patut memberi penghargaan atas usahanya itu, sehingga kita mendapatkan
gambaran populasi gamelan masa itu. Kita sendiri sekarang belum mampu
berbuat seperti itu, padahal pasti berbagai situasi, trasportasi, dan
keadaan dana pada waktu itu tentu tidak lebih baik dari pada zaman
sekarang.
Meskipun
tidak dilakukan suatu pendataan secara khusus, tetapi dari pengamatan
selintas dapat dikemukakan bahwa secara kuantitas ada dua jenis gamelan
yang berkembang pesat sekarang, yaitu gamelan degung dan gamelan salendro.
Gamelan degung dicatat Jaap Kunst tahun 1920-an, bahwa di Bandung
terdapat 5 perangkat, Sumedang 3 perangkat, serta Cianjur, Ciamis,
keraton Kasepuhan, keraton Kanoman, Banjar, dan Singaparna masing-masing
1 perangkat. Popularitas dan kuantitas gamelan degung meningkat pesat
sekitar tahun 1970-an, dan sekarang terdapat mungkin lebih dari seratus
gamelan degung, baik yang berada di tatar Sunda maupun di luar tatar
Sunda, baik yang berkualitas bagus maupun jelek. Di masa populernya
degung, seringkali terjadi gamelan salendro dijadikan gamelan degung.
Populasi
gamelan salendro meningkat sejalan dengan daya beli masyarakat akan
gamelan, dan berkaitan dengan kebutuhan hiburan yang terus meningkat,
terutama pada tahun 1950—1960-an ketika populer wayang golek dan kiliningan.
Sampai sekarang gamelan salendro masih banyak dimiliki masyarakat.
Gamelan salendro banyak dibutuhkan masyarakat sesuai dengan berbagai
keperluan acara hajatan, di mana masyarakat Sunda masih sangat banyak
yang memerlukannya, meskipun pada masa sekarang banyak bersaing dengan
jenis hiburan moderen yang banyak diminati masyarakat, seperti elektone dan dangdut.
Meskipun wayang golek sekarang tidak begitu populer, kecuali dalang
tertentu, gamelan salendro sangat banyak populasinya, karena pertunjukan
jaipongan atau jaipongan-bajidoran (di mana musiknya menggunakan perangkat gamelan salendro) sangat sering diperlukan dalam hajatan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar