Mengenai bentuk fisik, gamelan di Sunda mengalami berbagai perubahan, tetapi perubahannya tidak signifikan. Sisi perubahannya terjadi sedikit saja dalam hal bentuk fisik penclon dan wilah. Perubahan ini mungkin berkaitan dengan masalah gaya dari pagongan (pagendingan; pagangsaan; besalen)[8] pembuatnya pada masa lalu yang berbeda dengan masa sekarang.
Ancak
(tempat meletakkan penclon dan wilah) gamelan juga mempunyai
perubahan-perubahan tertentu pada setiap masa. Secara bentuk, ancak
gamelan Sunda produk masa lalu kelihatannya sangat memperhatikan
aspek-aspek artistik dan pilosofis, sehingga masing-masing gamelan
mempunyai dan atau menghasilkan karakter tertentu (di samping karakter
yang diakibatkan oleh laras, surupan, dan warna bunyi). Ancak gamelan
Sunda sekarang umumnya mempunyai pola bentuk dan ukiran yang relatif
sama, sehingga karakter masing-masing gamelan tidak begitu menonjol.
Perkembangan fisik lainnya adalah adanya penambahan wilahan akibat dibuatnya gamelan selap,
yaitu laras salendro dan pelog yang disatukan dalam satu ancak. Ini
terjadi pada beberapa gamelan, terutama pada grup wayang golek. Dengan
penyatuan laras ini maka fisik bentuk gamelan pun menjadi berubah,
tetapi tidak praktis secara teknik tabuh.
Pada
gamelan degung terdapat pula perubahan-perubahan, misalnya masalah
penambahan instrumen musik. Pada umumnya gamelan degung mempunyai bentuk
relatif sama, dengan variasi bentuk ancak bonang tipe “V” dan tipe “U”,
serta variasi penempatan jenglong secara digantung dan duduk. Sedangkan
dalam hal penggunaan bahan, berbagai macam gamelan masih menggunakan
bahan logam perunggu, besi, atau kuningan, sebagaimana pada masa-masa
sebelumnya.
Mengenai
tempat pembuatan gamelan pada masa kerajaan Sunda, sampai saat ini
belum terlacak bekas keberadaannya, tetapi kemungkinan adanya tempat
pembuatan gamelan di Sunda masa lampau sangat terbuka, sebab goong (goong kabuyutan; bende kabuyutan;
gamelan) pada masa lampau merupakan salah satu regalia kerajaan yang
sangat penting dan berfungsi untuk musik kenegaraan. Tempat pembuatan
gamelan perunggu di Sunda sekarang sejauh diketahui hanya terdapat di Pancasan (Bogor) dan Cimahi (Bandung).
Di Karawang dahulu terdapat tempat pembuatan gamelan perunggu, tetapi
sekarang tidak ada, dan yang masih ada sekarang (dalang Sukur) bukan
kelanjutan dari pagongan sebelumnya. Penjual-penjual gamelan biasanya
membeli penclon dan wilahan selain dari Pancasan dan Cimahi,
juga seringkali dari Solo dan Yogya. Dahulu banyak yang membeli dari
pagongan Semarang, Kudus, dan Purbalingga. Biasanya mereka hanya membuat
ancak dan sedikit melaras nadanya supaya sesuai dengan kebutuhan
karawitan Sunda. Akan tetapi sekarang di instansi-instansi pemerintahan
di tatar Sunda terdapat beberapa gamelan yang dipakai untuk keperluan
karawitan Sunda menggunakan gamelan Jawa tanpa diperbaharui bentuk ancak (dan laras pelog?),
sehingga rasa, karakter, dan tampilannya tidak menunjukkan bentuk
gamelan Sunda, tetapi tetap gamelan Jawa. Pada gamelan-gamelan masa
lalu, yang meskipun mungkin wilah dan penclonnya dibeli dari Jawa,
tetapi ancaknya biasanya dibuat menurut selera Sunda dengan berbagai
bentuk yang kreatif.
Jika
ingin detil, sangat luas sebenarnya untuk memaparkan
perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik gamelan Sunda. Akan tetapi
di sini dapat diinformasikan, bahwa secara umum telah sangat lama belum
ada perubahan yang drastis dari masalah bentuk gamelan ini.
0 komentar:
Posting Komentar