Repertoar lagu gamelan salendro Sunda sekarang bisa dikatakan berkembang pesat jika dilihat dari kuantitas lagu-lagu vokal. Akan tetapi jika dilihat dari bentuk lagu
yang ada, gamelan salendro sebenarnya tidak berkembang, karena
penciptaan lagu-lagu baru (baik lagu vokal maupun lagu instrumental/gendingan) hanya menggunakan beberapa buah pola lagu dari bentuk lagu leutik (rerenggongan) saja. Bentuk lainnya hampir tidak ada, dan kebanyakan tidak berkembang sama sekali.
Dalam gamelan salendro paling tidak ada enam kelompok bentuk lagu, yaitu: (1) lagu leutik atau rerenggongan, (2) lagu gede embat opat wilet, (3) lagu gede embat lalamba, (4) tataluan lalamba, (5) mandiri, dan (6) bawa sekar.[9] Yang mengalami perkembangan pesat adalah hanya beberapa buah pola lagu dalam bentuk lagu rerenggongan.
Sedangkan penciptaan lagu-lagu baru dalam bentuk lainnya tidak
mengalami perkembangan yang pesat. Dalam dekade tahun 1960—1970-an hanya
tercipta beberapa lagu saja dari bentuk lagu gede embat opat wilet, di antaranya karya Eutik Muhtar (lagu Kagembang, Panghudang Rasa, Sri Wedari), karya Mang Entis (lagu Panglayungan), dan karya Mang Endan Rosadi (lagu Banjir).
Dalam segi pembuatan teknik dan komposisi gending (tabuhan gamelan;
instrumental), gamelan salendro mengalami perkembangan pesat. Hal ini
merupakan dampak pengaruh besar dari teknik tabuhan gamelan model Mang
Koko dalam gamelan wanda anyar. Gamelan wanda anyar Mang Koko-pun
hanya membuat komposisi gending dalam bentuk lagu rerenggongan saja,
dan tidak dalam bentuk lainnya. Lagu-lagu bentuk rerenggongan
jumlahnya diperkirakan mencapai lebih dari seratus lagu (minimal sejak
tahun 1960-an), dan umumnya dibuat oleh seniman-seniman di Bandung,
Subang, dan Karawang.
Tidak
begitu pesatnya perkembangan lagu gamelan salendro dalam bentuk lagu
lainnya di antaranya disebabkan para seniman umumnya menganggap bahwa
menggarap lagu dalam bentuk lagu lainnya sangat sulit. Sebenarnya banyak
faktor yang mempengaruhi akan tidak pesatnya perkembangan ini dari hal
paling dasar. Mengenai hal ini memerlukan penelitian dan pengkajian
secara khusus. Jika melihat lagu-lagu vokal dan gendingnya saja tidak
berkembang dalam setiap pola lagu dan bentuk lagu, apalagi dalam hal bentuk lagunya sendiri, masih tetap mengikuti tradisi pola lagu dan bentuk lagu tradisi yang ada.
Dalam hal laras (tangga nada), akibat adanya gamelan selap maka lagu-lagu yang biasa dilakukan hanya dalam laras salendro bisa dilakukan dalam laras pelog.
0 komentar:
Posting Komentar